Belakangan ini banyak orang mulai lebih melirik dunia usaha ketimbang
menjadi karyawan suatu perusahaan. Kesuksesan finansial yang bisa diperoleh
dari membangun usaha sendiri mendorong orang untuk memilih memulai usaha mereka
sendiri. Banyak kisah sukses para pengusaha yang mulai dari nol dan harus
melewati jalan panjang dan berliku sebelum akhirnya meraih kesuksesan yang bisa
menjadi inspirasi bagi kalian yang ingin menjajal dunia wirausaha. Di sini kalian
bisa menyimak kisah sukses 3 orang pengusaha dari tanah air yang membuka
usaha di bidang peternakan. Enjoy guys..
Yang
pertama adalah..
ANDI
NATA
Andi
Nata itulah nama orang luar biasa dikalangan anak muda Indonesia dan juga dunia
bisnis. Lahir di Cirebon 7 januari 1989 merupakan lulusan dari Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Seorang yang memiliki semangat
juang yang tinggi, sifat pantang menyerah, berinovasi, menyukai tantangan, dan
kerja keras, yang menghantarkan Andi menjadi sukses.Memiliki banyak bidang
usaha salah satunya bergerak dibidang usaha peternakan yang diberi nama Raja
Aqiqah dan bidang-bidang usaha lainnya.
Terjun dibidang wirausaha dimulai sejak 2008 saat menyandang status mahasiswa, karena keadaan ekonomi keluarga. Menjual donat keliling kampus dan juga menjadi guru privat Matematika dan Fisika SMA merupakan bidang bisnis yang pertama kali dia geluti saat menjadi mahasiswa. Dia pernah mendapatkan sekitar Rp12 juta dalam 3 bulan dari hasil menjual donat dan menjadi guru privat. Namun jumlah uang itu belum bisa mencukupi salah satu biaya yang dibutuhkan keluarganya pada saat itu. Sehingga dia harus memutar otak untuk mendapatkan jumlah biaya kebutuhan keluarganya.
Terjun dibidang wirausaha dimulai sejak 2008 saat menyandang status mahasiswa, karena keadaan ekonomi keluarga. Menjual donat keliling kampus dan juga menjadi guru privat Matematika dan Fisika SMA merupakan bidang bisnis yang pertama kali dia geluti saat menjadi mahasiswa. Dia pernah mendapatkan sekitar Rp12 juta dalam 3 bulan dari hasil menjual donat dan menjadi guru privat. Namun jumlah uang itu belum bisa mencukupi salah satu biaya yang dibutuhkan keluarganya pada saat itu. Sehingga dia harus memutar otak untuk mendapatkan jumlah biaya kebutuhan keluarganya.
Sifat yang mudah bergaul membawanya ke salah seorang peternak di Jawa Tengah. Andi mulai terinspirasi dan mulai tertarik dengan dunia peternakan saat itu. Mula-mula dia bekerjasama dengan peternak di Garut, Cirebon, Wonosobo, dan beberapa wilayah di pulau jawa dengan menjual ternak mereka dengan modal kepercayaan yang dijalinnya.
Andi melihat potensi bisnis peternakan yang menurutnya dapat menjanjikan. Hal ini membuatnya nekat meminjam uang Rp8 juta dari kerabatnya untuk modal membeli kambing betina 4 ekor dan kambing jantan 1 ekor. Andi mulai beternak kambing. Dalam 1 tahun kambingnya melahirkan 2 ekor namun tiap bulannya anak kambingnya mati karena dia belum memiliki ilmu bidang peternakan. Dia menjual sisa kambingnya, saat itu Idhul Adha. Andi yang memiliki sifat pantang menyerah walupun dia belum memiliki ilmu di bidang peternakan, dia meminjam uang lagi sebanyak Rp80 juta untuk membeli 100 ekor domba untuk mengembangkan usahanya.
Seiring berjalannya waktu, dia berusaha mengembangkan bisnisnya dan juga berusaha mengejar ketertinggalannya dalam dunia akademik. Mengembangkan bisnisnya tidaklah mudah, Andi berusaha menimba ilmu mulai dari mengikuti lokarya, kuliah singkat, kursus dan lain sebagainya, dia belajar dari siapa pun karena baginya setiap orang memberi berkah.
Andi sungguh jeli melihat turunan dari usahanya, yaitu Aqiqah Catering. Dia mendapat ide dari Ibu penjual gulai. Aqiqah Catering itu masakan domba siap saji yang sudah dibungkus (box) langsung dijual. Dari sinilah usahanya mulai berkembang dan omsetnya juga bertambah besar. Sekarang perbulannya Andi bisa menjual 100 ekor ternaknya, satu ekor harganya sekitar Rp1 juta, belum lagi cateringnya yang sudah di bungkus menjadi masakan siap saji. Kita bisa kalkulasikan sendiri berapa penghasilan Andi.
Selama dia menjadi mahasiswa dan juga seorang pengusaha muda, dia memenangkan Honda Youth Starcup Icon 2011 yang digelar oleh Honda bekerjasama dengan Marketees, dia terpilih menjadi salah satu juara kategori mahasiswa bidang industri dalam ajang nasional Wirausaha Muda Mandiri. Andi menyingkirkan sekitar 3900-an kontesan dari seluruh Indonesia. Andi berhak mendapatkan hadiah berupa tropi, uang tunai Rp50 juta, dan training Bank Mandiri selama setahun.
Namun karena sifat Andi yang menyukai tantangan, membuatnya belum puas dengan tantangan yang dihadapinya selama ini, sehingga pada tahun 2011 dia menggeluti bidang properti. Dia pernah dalam satu bulan membeli 5 rumah kemudian direnovasi setelah itu dia jual. Andi juga berbisnis di biro perjalanan haji dan umroh bersama artis kondang (Neno Warisman), sahamnya sekitar 20%.
Andi
berpendapat bahwa rahasia yang berperan dalam perjalanan suksesnya yaitu
melobi. Bagi Andi, percuma jika hanya pintar berinovasi tetapi juga harus dapat
menjalin relasi (melobi). Karena berkah yang kita dapatkan merupakan campur
tangan dari orang-orang yang disekitar kita.
Kisah sukses pengusaha muda Indonesia ini menjadi inspiras bagi para pemuda Indonesia. Tidak memandang jurusan kuliah untuk bisa memulai usaha. Kisah sukses ini, Andi yang jurusan teknik mesin dapat sukses dibidang peternakan apalagi sesuai dengan jurusannya.
Yang
Kedua..
NEKAT,
itulah kata pertama yang keluar dari mulut seorang pengusaha agrobisnis,
Triyono ketika ditanya bagaimana awal mula merintis usahanya hingga maju seperti
sekarang ini. Pria asal Malang ini merupakan pengusaha agrobisinis yang khusus
menangani peternakan dan juga pemotongan hewan ternak sapi dan ayam dengan nama
perusahaan Tri Agri Aurum Multifarm. Sebelum terjun ke dunia pemotongan dan
peternakan sapi dan ayam, Triyono mengawali usahanya dengan mengelola bebek
potong. Usahanya ini dia rintis sejak tahun 2006 hingga sekarang.
"Pertanyaan
besar sewaktu saya kuliah, kalau lulus nanti mau jadi apa? Karena kalau bekerja
adalah hal yang sulit bagi saya. Ya akhirnya mulai 2006 saya mencoba merintis
usaha waktu itu, bebek potong waktu itu. Jadi nekat, tidak punya uang, utang ke
bank. Nekat-nekatan saja," ungkap Triyono sambil
tersenyum kepada okezone di Jakarta, belum lama ini.
Setelah
itu pada tahun 2007, Triyono terinspirasi sewatu melihat hewan-hewan kurban dan
mulai tepikir untuk membangun sebuah peternakan (farm). Dan tentu
saja untuk membangun sebuah farm diprlukan dana yang tidak
sedikit. Untuk itu, Triyono berinisiatif untuk membentuk sebuah Kelompok
bersama agar bisa berinvestasi dalam usaha ini. Yakni dengan teman-teman kuliah
Triyono dan orang yang minat pada usaha peternakan ini mereka bersama-sama
berinvestasi pada bisnis ini.Perlahan namun pasti usaha ini pun mulai berkembang,
dimana pada tahun 2008, dengan mengandalkan lahan yang awalnya tidak terlalu
besar untuk mebangun kandang-kandang dan mulai ada ternak sapi.
Setahun kemudian yaitu pada tahun 2009, pria
yang merupakan sarjana peternakan dari Univesitas Sebelas Maret ini mulai
mencari inisiatif lagi untuk dapat mempertahankan usaha, yaitu dengan mulai
melirik bisnis yang tidak jauh dari bidang peternakan juga yaitu peternakan dan
pemotongan ayam. Lalu Triyono berpikir jika dirinya hanya melakukan bisnis pada
satu hewan ternak saja yaitu sapi, perusahaannya tidak akan kuat. Baik dari
segi finansial atau infrastruktur.
Dengan modal awal yang hanya berkisar puluhan
jutan dan ditambah dengan modal investasi sekitar Rp300 juta, kini Triyono
dapat meraup omset rata-rata sekitar Rp500 juta.Saat ini selain bergerak di
pemotongan dan peternakan ayam dan sapi, Triyono juga mengolah limbah-limbah
perusahaan untuk dijadikan pupuk organik. Dan saat ini Triyono memiliki lebih
dari 30 ekor sapi dan ayam sekitar 25 ribu ekor.
Pada tahun 2011 ini Triyono pun bercita-cita
untuk melalukan ekspansi usaha dengan memasuki pasar Jakarta untuk daging sapi.
Triyono pun ingin mempunyai usaha yang besar untuk sapi ini, karena Triyono
melihat Indonesia merupakan importir terbesar di dunia untuk daging sapi.
Dari sini Triyono melihat bahwa ada peluang
di sektor ini. Tidak muluk-muluk Triyono pun bercita-cita untuk menggantikan
Australia dalam hal ekspor daging sapi. "Saya berharap Indonesia bisa
menggantikan Australia untuk ekspor daging. Ya tidak harus jauh-jauh ke sekitar
Singapura, Malaysia, Qatar dan Arab," jelasnya.
Perjalanan Triyono dalam merintis usaha ini
bukan tanpa rintangan. Rintangan, kendala, batu kerikil pasti selalu ada dalam
perjalanan menuju sebuah kesuksesan. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh
Triyono antara lain dalam kurun waktu 12 bulan, ada tiga atau empat bulan yang
penjualannya tidak memuaskan atau minus, akibatnya tagihan dari bank
membengkak.
"Namun jika semua permasalahan bias
diselesaikan dengan baik, maka rintangan atau kendala seberat apapun bisa
terselesaikan," tuturnya.
Tips sukses ala pria berkacamata ini adalah
jika ingin menjadi pengusaha yang baik dan benar maka berpikirlah unutk menjadi
pengusaha. Triyono yakin bahwa apa yang manusia pikirkan itulah yang akan
terjadi.
Dimana jika ingin menjadi pengusaha,
berpikirlah bagaimana caranya untuk menjadi pengusaha yang baik, kreatif,
inovatif, karena untuk menjadi pengusaha bukanlah merupakan hal yang mudah.
Tidak seperti karyawan yang hanya menunggu perintah dari bosnya saja. Selain
itu, modal lain untuk menjadi pengusaha adalah harus berani mengambil resiko.
"Kalau mau jadi pengusaha itu, jangan
lihat nanti bagaimana. Tapi bagaimana nanti saja, sikat dulu urusan leher
belakangan. Saya tidak akan menceritakan masa lalu saya dengan detail. Tapi
saya bisa menceritakan pemikiran saya dan hasil pemikiran saya ke depan dengan
detail," tutupnya.
Dan
yang terakhir..
Dewa Gede Putra
Darmada, pemuda kelahiran Gianyar, Bali 21 September 1984 yang memulai usaha
berternak bebek (Bali) sejak tahun 2009 dan kini sudah berhasil menangguk
sukses. Dewo panggilan akrab Dewa Gede, mengatakan, untuk sukses dibisnis ini
tidak lah susah, yang penting kata dia seorang peternak harus senang lebih
dahulu dengan bebek sehingga punya rasa memiliki terhadap bebek.
Sesuai dengan nama
bendera usahanya Dewa Duwe Duck yang berarti Dewa Punya Bebek, Dewo berhasil
menjadi penyuplai bebek potong di wilayah Gianyar Bali dan sekitarnya. Bisnis
usahanya hanya dimulai dari modal Rp 50.000 saja.
"Sejak
awal saya memang senang dengan bebek, saya selalu senang melihat bebek,"
kata Dewo. Beberapa waktu lalu. Dewo yang memang punya keluarga usaha pemotong
hewan, awalnya cuma iseng-iseng membeli 10 ekor bebek anakan seharga Rp 30.000,
lalu ia juga membeli konsentrat seharga Rp 20.000 untuk pakannya.
Walhasil tak
disangka, bebek peliharaannya tumbuh kembang dengan cepat, dalam tempo 2 bulan
ia berhasil memanen hasil jerih payahnya seharga Rp 500.000. Semenjak itu lah,
ia semakin bersemangat memutar uangnya, yang akhirnya membawanya menjadi
penyuplai 1200 ekor bebek per bulan di wilayah Bali dengan omset puluhan juta
per bulan.
"Margin
dibisnis bebek itu sekali panen bisa berlipat-lipat," kata Dewo yang
merupakan salah satu peserta wirausaha Mandiri itu.
Ia kini
sudah memiliki 4 buah kandang dengan masing-masing ukuran 4x6 meter, dimana
setiap kandang bisa menampung 500 ekor bebek. Setiap dua minggu sekali ia
mendatangkan bibit dari Badung Bali, sehingga panen bebek ia bisa lakukan
setiap seminggu sekali.
Untuk urusan
kandang, Dewo punya tips bagi yang mau memulai usaha bebek, yaitu usahan
disiapkan kolam kecil di areal kandang untuk keperluan bebek mandi setiap
harinya.
Hal ini
penting agar kondisi bebek bisa terus bersih dan tak berbau. Mengenai bau, Dewo
juga punya tips jitu agar kandang bebeknya tak mengganggu tetangga sebelah.
Syaratnya
setiap pemberian pakan pagi dan sore, ia mencampurkan daun pepaya secukup
agar kotoran bebek tak berbau. Daun pepaya juga berkhasiat membuat daging bebek
akan lebih empuk jika dimasak, meskipun ia mengingatkan porsinya diberikan
secukupnya karena daun pepaya memiliki rasa pahit yang tinggi.
Mengenai pakan
bebek, selama ini ia hanya mengandalkan pakan bebek dari sisa makanan nasi
restoran disekitarnya yang ia dapatkan cuma-cuma. Selain itu, yang terpenting
harus ada campuran sayur yang bisa diperoleh dari sisa-sisa di pasar plus
dicampur gedebong (pelepah) pisang yang dicacak yang sudah direbus.
"Berdasarkan
pengalaman saya, bebek itu unggas yang tahan penyakit, dikasih makan apa saja
mau. Tingkat kematiannya pun jauh dibawah 10%," katanya.
Untuk tetap
menjaga kesehatan bebek terhadap penyakit yang sering menimpa bebek seperti
flu, Dewo juga punya tips ampuh untuk mengobati bebek dari flu yaitu dengan
memberikan campuran daun mengkudu dalam adonan pakan bebek.
"Berdasarkan
hitungan saya biaya produksi untuk satu ekor bebek hingga panen termasuk
karyawan hanya Rp 14.000," imbuhnya.
Ia juga menuturkan
berternak bebek begitu menggiurkan, khususnya di Bali banyak masyarakat yang
masih berternak bebek hanya sambilan yang hanya dijual ke pengumpul. Sementara
konsep yang ia kembangkan adalah berternak bebek secara total dengan tidak
melepas bebek namun dikandangkan dalam jumlah besar sehingga tingkat
pertumbuhannya sangat cepat.
"Kalau saya
langsung pasarkan ke konsumen seperti restoran, pecel lele, rumah makan,
pendeta dan lain-lain," ujar Dewo.
Bahkan kata Dewo,
jika dibandingkan berternak ayam, dari sisi harga, harga bebek cenderung tidak
pernah turun dengan harga jual yang cukup bagus. Saat ini ia menjual bebeknya
bervariatif, misalnya bebek dibawah 1 Kg dengan usia satu bulan khusus untuk
pecel lele dijual Rp 25.000-30.000 per ekor, umur 2 bulan dijual Rp
35.000, hingga paling besar dijual Rp 60.000 per ekor untuk usia 3 bulan
keatas.
"Terus terang
saja, saya sekarang kewalahan meladeni permintaan, di wilayah Ubud saja
permintaan pasar 1000 ekor per hari. Saya baru bisa suplai 100,"kata
pemuda lulusan S-1 Peternakan Kampus Marwa Dewa ini.
Lewat keuletan dan
keseriusannya ini, ia kini menikmati bisnisnya yang terus berkembang.
Setidaknya ia sudah mandiri membangun kandang senilai Rp 14 juta di pekarangan
rumahnya, bahkan Dewo sudah memiliki kendaraan mobil pick up sendiri untuk
menopang kegiatan usahanya.
Intinya kata dia
berbisnis ternak tidak lah susah, jika ada kemauan pasti bisa sukses. Untuk
urusan modal, ia telah membuktikan bahwa memulai bisnis tak melulu merogoh
kocek tebal.
"Dengan pakan
sampah, kita menghasilkan produksi yang tinggi. Berternak tak selamanya pakai
dana besar," tutur pengusaha muda usaha Mandiri yang memiliki 6 karyawan
ini.
Potensi pasar
bebek menurutnya tidak hanya di Bali saja, dibanyak daerah termasuk di Jawa
peluang ini selalu ada. Permintaan terhadap bebek khususnya untuk sajian
restoran terus meningkat.
Khusus untuk di
Bali, bebek selain digunakan untuk pangan di restoran, bebek sering dipakai
untuk pengganti angsa sebagai keperluan ibadah para pendeta Hindu. Terutama
bebek putih, yang melambangkan kesucian terkait dengan Dewa Brahma.
Sumber
: